Hak cipta ©Sulaiman Djaya
Pasukan khusus dari negeri
Farsa dan Lubnan itu akhirnya sampai di kota Damas, sejumlah pasukan yang
memiliki ragam keahlian dan keterampilan bertempur yang ternyata dipimpin Ilias,
yang kini telah menjadi seorang jenderal tampan dan gagah dengan pangkat
tertinggi. Jenderal Roshtam sendiri yang memberikan pangkat tertinggi tersebut
atas restu langsung Raja Nazad dari negeri Farsa.
Kedatangan Jenderal Ilias
dan pasukan khususnya itu disambut langsung oleh Raja Rashab dan panglima
perang tertinggi negeri Suryan, yaitu Jenderal Runi Kalimi yang terkenal cerdik
dan berkepala dingin, hingga seringkali hitungan dan strategi perangnya
berhasil membuat kalang-kabut lawan-lawannya.
Sementara itu, ribuan
pasukan Siis yang terus bergerak atas instruksi Rakab itu telah mencapai
separuh jarak perjalanan mereka menuju kota Ramad, di saat Ghasim sang prajurit
negeri Suryan didikan Jenderal Saada yang telah gugur itu telah berhasil
menghimpun dan menyiagakan para pemuda di kota Ramad untuk menjadi prajurit
dadakan dan telah berhasil menungungsikan anak-anak, para lansia, kaum ibu
serta kaum perempuan untuk hijrah ke kota Daraa, sebuah kota yang cukup jauh
dari kota mereka, kota Ramad yang tengah menanti ajang pertarungan melawan
pasukan Siis yang terkenal bengis, keji, dan brutal itu.
Setelah mengadakan
pembicaraan singkat di kota Damas itu, Ilias, Raja Rashab, dan Jenderal Runi
Kalimi sepakat bahwa Ilias yang kini telah menjadi jenderal itu akan memberi kesempatan
kepada para pemuda di kota Ramad untuk berjuang mempertahankan kota mereka dari
gempuran pasukan Siis yang dipimpin Rakab tersebut, sebelum ia dan pasukan
khususnya akan turun tangan langsung demi menumpas garnisun pertama pasukan
Siis yang menuju kota Ramad itu, sebelum garnisun lainnya datang, dan karena itu
ia harus menghemat tenaga dan strategi tempurnya agar tidak habis dalam waktu
singkat.
Dalam kesepakatan itu juga
ditetapkan bahwa Jenderal Runi Kalimi dipercayakan untuk menyiagakan seluruh
komandan, para jenderal, dan tentara negeri Suryan untuk menghadapi garnisun
atau pasukan Siis lainnya yang diperkirakan akan datang ke negeri Suryan dengan
jumlah yang lebih besar dan persenjataan perang yang lebih canggih.
Sebelum berangkat ke kota
Damas bersama pasukan khususnya itu, Ilias telah meminta kedua adiknya, yaitu
Hagar dan Sophia, untuk memberitahu Misyaila tentang apa yang sedang terjadi
dengan menggunakan kemampuan ilmu magis mereka.
Kala itu, Hagar dan Sophia
memutuskan untuk mengirim seekor burung Rukh menuju negeri Nun yang misterius,
negerinya Misyaila.
Burung Rukh yang dikirim
Hagar dan Sophia ke negeri Nun itu pun membutuhkan waktu perjalanan selama
sehari semalam, sebelum akhirnya sampai di hadapan Misyaila, dan segera
menyampaikan apa yang dikatakan Hagar dan Sophia untuknya kepada Misyaila
dengan menggunakan gerak-gerak isyarat sayap dan kepalanya, dan Misyaila pun
langsung mengerti apa yang ingin disampaikan si burung Rukh itu kepadanya.
Kini pasukan Siis yang
bengis dan brutal itu telah sampai di kota Ramad, dan saat itu mereka terkejut
kala mereka hendak memasuki gerbang kota tersebut, seketika itu benteng api
yang telah disiapkan Ghasim dan para pemuda di kota Ramad menyemburkan api yang
cukup tinggi setelah sejumlah pemuda kota itu menyulutkan nyala apa di ujung obor
mereka pada tumpukan kayu yang telah dicampur minyak yang dijadikan sebagai
benteng perlindungan tersebut.
Tepat pada saat itulah,
dengan perintah dan kepemimpian Ghasim, para pemuda kota Ramad menghujani
pasukan Siis yang terkenal keji, brutal, dan bengis itu dengan batu-batu panas
dan mortir-mortir api yang menyala.
Serangan yang dilancarkan
para pemuda di kota Ramad terhadap pasukan Siis itu langsung membuat barisan
depan pasukan Siis kalang-kabut dan sebagian dari mereka tewas terinjak gajah-gajah
mereka yang panik karena hawa panas dan nyala api di sekeliling mereka, di saat
sebagian yang lainnya hangus terbakar. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar