Hak cipta ©Sulaiman Djaya
“Aku mengerti apa yang
ingin kau sampaikan, Hudan!” Demikian ujar Misyaila kepada si burung Hudan yang
menjalankan perintah tuan-tuannya itu. “Tapi percayalah, untuk saat ini Ilias
akan sanggup melakukan tugasnya dengan baik tanpa bantuanku. Aku akan membantu
sahabat-sahabatku di saat mereka memang sungguh-sungguh membutuhkan bantuanku.”
Lanjut Misyaila. “Sekarang pulanglah, agar engkau dapat kembali datang padaku dan
agar kelak dapat memberikan kabar kembali di saat-saat genting.”
Dengan isyarat
menganggukkan kepalanya dan menggerakkan sepasang sayapnya, si burung Hudan itu
pun mematuhi perintah Misyaila, dan langsung melesat terbang meninggalkan
Misyaila dari tempatnya. Ia kembali melanglang-buana sebagaimana ia datang ke
negeri Nun yang sunyi itu, menuju negeri Farsa di mana Hagar dan Sophia berada.
Sementara di negeri Telaga
Kahana nun jauh jaraknya dari negeri Nun yang misterius di mana Misyaila berada
itu, Siswi Karina mulai akrab dengan Dardan, seekor kuda putih pemilik satu
tanduk mirip Unicorn yang dulu merupakan sahabatnya Pangeran Ramada dan sahabat
suaminya Zipora, setelah Zipora memperkenalkannya kepada Siswi Karina beberapa
hari sebelumnya.
Siswi Karina mulai mahir
menunggangi Dardan yang perkasa dan ajaib itu, dan begitupun sebaliknya, Dardan
mulai memahami setiap keinginan dan perasaan Siswi Karina dengan kekuatan
intuisi dan telepati yang dimilikinya.
Sedangkan di negeri
Najdor, negeri yang merupakan tempat dan markas pasukan Siis, Rakab tampak
kecewa dengan berita kekalahan garnisun pertama pasukan Siis-nya ketika hendak
menaklukkan kota Ramad itu. Ia tampak marah dan tak puas setelah mendengar
laporan beberapa pasukan yang selamat dan kembali ke negeri Najdor tersebut,
terlebih kekalahan itu telah membuat gugur sejumlah prajurit terbaik dan
pilihan yang telah dilatihnya sendiri. Rakab bingung bagaimana menjelaskan kekalahan
garnisun pertamanya itu kepada Mayar Rother, Jarjus Bushan, Ziva Kamarin, Vidad
Kamarun, dan Pangeran Wilad Nibtalal.
Setelah berpikir dan
merenungkan pilihan apa yang harus dilakukannya, ia memutuskan untuk
mengirimkan garnisun berikutnya dengan jumlah yang lebih besar dan dengan
persenjataan yang lebih canggih. Namun kali ini sasarannya bukan lagi kota
Ramad, tapi ke kota Daraa. Ia pun mengirimkan sepucuk surat yang ditujukan
langsung kepada Mayar Rother agar dikirimkan persenjataan canggih dan sejumlah
biaya ke negeri Najdor dalam rangka melakukan serangan yang kali ini lebih
besar dan lebih keras, dan karena itu ia membutuhkan banyak orang yang hendak
ia rekrut sebagai para prajurit Siis, di mana biaya yang ia minta itu dalam
rangka membayar mereka yang mau menjadi pasukan Siis.
Setelah surat yang dikirim
oleh Rakab ke Mayar Rother itu diterima oleh Mayar Rother di negeri Amarik,
Mayar Rother pun segera menyanggupi permintaan Rakab tersebut, dan keesokan
harinya kiriman senjata untuk pasukan Siis pun serempak datang dari negeri
Amarik, negeri Asrail, negeri Najdan, dan negeri Angland dengan jenis-jenis
senjata dan perlengkapan yang telah dibagi-bagi oleh masing-masing para
penyumbang senjata bagi pasukan Siis berikutnya pimpinan Rakab tersebut.
Rakab pun tampak puas dan
tak menyangka bahwa bantuan yang datang justru jauh lebih banyak dan lebih
besar dari yang ia bayangkan dan yang ia harapkan. Ia pun segera menjamu para
utusan negeri-negeri yang menjadi tuan-tuannya itu dengan jamuan yang mewah di
markas pribadinya di sebuah lembah dekat pegunungan Rasdan yang sebenarnya tak
seberapa jauh dari negeri Lubnan, salah-satu negeri yang merupakan sekutunya
bangsa Farsa, negeri Suryan, negeri Yumnan, dan tentu saja negeri Telaga Kahana.
Dengan bantuan yang jauh
lebih besar dan lebih banyak yang datang itu, Rakab pun tampak puas dan timbul
dalam dirinya rasa percaya diri, setelah sebelumnya ia terserang perasaan
pesimis setelah kekalahan garnisun pertama yang dikirimnya ke negeri Suryan
itu.
Setelah para utusan
sejumlah negeri yang membayar dirinya itu pulang dan kembali ke negeri
masing-masing, Rakab pun memanggil sejumlah pemimpin pasukannnya untuk
mematangkan strategi dan rencana serangan berikutnya dengan skala yang jauh
lebih besar dibanding garnisun pertama yang dikirimnya, yang telah mengalami
kekalahan yang memalukan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar