Hak
cipta ©Sulaiman Djaya (2015)
Di
kota Damas itu, sementara pasukan Siis tengah dalam perjalanan mereka menuju
negeri Suryan, Ilias dan Jenderal Reham mendapatkan informasi yang sangat
berharga dari salah-seorang intelijen negeri Suryan bahwa pasukan Siis
pimpinan Rakab itu juga disokong oleh Dagoner dari negeri Turik.
Berdasarkan
laporan intelijen yang memberikan informasi kepada Ilias dan Jenderal Reham
itu, Dagoner dari negeri Turik mendukung pasukan Siis karena ‘disuap’ oleh
negeri Amarik dengan bayaran yang cukup besar dan menggiurkan, juga mendapatkan
kompensasi dari negeri Najdan, dan negeri Asrail, sehingga markas pelatihan
pasukan Siis cadangan telah disiapkan di negeri Turik. Selain itu, Dagoner juga
memiliki kepentingan untuk memerangi bangsa Rudik ketika ia mendukung pasukan
Siis pimpinan Rakab yang bengis dan keji itu. Sebab, bangsa Rudik memang
dikenal ‘bermusuhan’ secara politik dengan bangsa Turik untuk yang terbilang
lama hingga saat ini.
Ketika
mengetahui hal tersebut, Ilias pun mengirimkan utusan khusus untuk menyampaikan
informasi penting itu ke negeri Farsa, ke Jenderal Rushtam agar dikirim pasukan
khusus tambahan sebagai tindakan preventif alias jaga-jaga demi sekali
kemungkinan yang bisa saja terjadi tanpa terduga, setelah Ilias mendapatkan
persetujuan dari semua yang hadir dalam rapat rahasia di kota Damas di negeri
Suryan itu.
Rapat
rahasia dan terbatas di kota Damas itu pun berhasil memutuskan untuk mencegat
dan memberi kejutan demi menyambut kedatangan pasukan Siis pimpinan Rakab, yang
setiap pasukannya langsung dipimpin Jenderal Ilias dan Jenderal Reham sendiri. Sementara
divisi-divisi yang lain, yang bukan merupakan dua pasukan utama yang mereka
bentuk berdasarkan strategi yang mereka godok dalam rapat rahasia itu, dipimpin
masing-masing oleh empat orang kepercayaan Jenderal Reham dan dua orang
kepercayaan Jenderal Ilias.
Tanpa
sepengetahuan Ilias, informasi yang ia kirim melalui seorang utusan ke Negeri
Farsa itu disampaikan juga kepada dua adiknya, Hagar dan Sophia, ketika
informasi itu telah sampai kepada Jenderal Rushtam. Tentu saja, setelah mengetahui
informasi dari Jenderal Rushtam tersebut, mereka memutuskan untuk memberitahu
Misyaila dengan kembali mengirim burung Hudan kesayangan mereka agar
menyampaikan pesan dari mereka.
Di
kota Damas di negeri Suryan itu, Jenderal Ilias dan Jenderal Reham menyepakati
bahwa mereka terlebih dahulu mengirim empat battalion pasukan untuk mencegat
secara tak terduga alias memberi kejutan yang akan menyakitkan pasukan Siis
pimpinan Rakab. Empat battalion itu masing-masing dikirim di perbatasan kota
Alepp dan Kota Hama, satu battalion yang lebih besar di kirim ke kota Ramad,
satu battalion menengah di kirim ke kota Palma, dan satu battalion lagi di
kirim ke kota Daraa, sebelum pada akhirnya serangan yang jauh lebih keras dan
mematikan akan dilakukan oleh Ilias dan Jenderal Reham sendiri.
Salah-satu
strategi pengiriman battalion itu dengan cara diam-diam, dan mereka telah
dibekali untuk membuat sekian jebakan dan perangkap untuk menyambuat kedatangan
pasukan Siis pimpinan Rakab yang kini mendapat dukungan juga dari Dagoner,
seorang penguasa negeri Turik yang terkenal bermusuhan dengan bangsa Rudik itu.
Sementara Jenderal Ilias dan Jenderal Reham sendiri masing-masing mengirim
pasukan khusus rahasia untuk membuat kekacauan di kota Nakara di negeri Turik
dan di kota Rajna di negeri Najdan. Sedangkan masing-masing mereka telah
menyiapkan diri dengan pasukan khusus masing-masing dalam rangka menggempur
pasukan Siis dari udara bila pasukan Siis itu telah sampai di beberapa kota di
negeri Suryan.
Di
tempat lain, di negeri Farsa di kota Naheret, Hagar dan Sophia telah mengirim
si burung Hudan untuk kembali memberikan atau menyampaikan kabar kepada
Misyaila tentang situasi dunia yang akan terjadi. Dengan patuh dan tanpa ragu,
si burung Hudan itu segera melesat cepat menuju ke sebuah negeri di mana
Misyaila tinggal dan berada, ke negeri yang jalur dan arahnya kini telah ia
hapal dengan sangat baik melalui perjalanan intuitif dan telepatik sebelumnya.
Di
sisi lain, pasukan Siis yang kini jumlahnya lebih besar dan lebih banyak telah
berhasil mendarat di negeri Suryan tanpa perlawanan yang berarti sama-sekali,
yang tentu saja hal di luar dugaan mereka yang akan mendapatkan perlawanan
dalam pendaratan mereka, yang memang hal itu ‘disengaja’ oleh Jenderal Ilias
dan Jenderal Reham sendiri untuk melawan dan menghajar mereka di darat, karena
mereka jauh lebih paham dan lebih mengenal negeri mereka sendiri ketimbang
pasukan Siis, dan karena itu, melancarkan serangan di darat jauh lebih baik
bagi mereka dan pasukan-pasukan mereka ketimbang melakukannya di laut, di mana
peperangan di laut akan membutuhkan banyak kendaraan amfibi dan atau
kapal-kapal laut, sementara negeri Suryan sendiri dapat dibilang tidak memiliki
peralatan lengkap yang dibutuhkan untuk melancarkan serangan di laut.
Dengan
semangat yang gegap-gempita, menggebu, dan persenjataan lengkap, pasukan Siis
itu turun dari kapal raksasa yang mengangkut mereka. Barisan pasukan Siis pimpinan
Rakatb itu tampak besar dan begitu banyak dengan pakaian khas mereka dan rambut
mereka yang seperti mirip rambut gimbal, sebuah pasukan yang tak ragu lagi,
akan dapat menguasai negeri Suryan dengan mudah dengan jumlah dan kekuatan
mereka serta lengkapnya persenjataan mereka, bila tak ada perlawanan yang gigih
dan sebanding dari pihak lawan-lawan mereka. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar