Hak
cipta ©Sulaiman Djaya (2015)
Tulisan
singkat ini merupakan riwayat dan ilustrasi korespondensi saintifik antara Sir
Arthur Eddington, yang adalah ilmuwan dari Cambridge, dengan Albert Einstein,
yang kelak masyhur karena Teori Relativitas-nya. Ilustrasi ini, salah-satunya,
hendak menyiratkan bahwa kerja saintifik, sesungguhnya, tidak murni kerja
individual, akan tetapi “dimungkinkan” oleh tradisi dan kontribusi orang lain
juga, yang lazim dikenal sebagai “komunitas ilmuwan”.
Korespondensi
dan hubungan Sir Arthur Eddington dan Albert Einstein tersebut kebetulan juga
telah di-film-kan, dengan judul Einstein and Eddington, di mana dalam film
tersebut “kebenaran” Teori Relativitas Einstein dibuktikan secara observatoris
alias secara empiris oleh Eddington. Pertanyaannya adalah: “Lalu apa
hubungannya dengan Hukum Newton?”. Dan memang inilah yang hendak
di-ilustrasikan tulisan singkat ini, dan marilah kita mulai saja.
Di
kalangan ilmuwan (khususnya) di kalangan para fisikawan, telah jamak diketahui
bahwa salah satu permasalahan klasik dari Hukum Gravitasi Newton adalah
ketidaksesuaian prediksinya terhadap presisi Orbit Merkurius. Dan hal ini
bermula ketika seorang astronom Prancis, Le Verriere, di tahun 1846 mencoba
melakukan kalkulasi dan observasi mengenai presisi orbit planet berdasarkan
hukum Newton.
Singkat
cerita, sang astronom Prancis tersebut mendapati bahwa orbit dari sebuah planet
yang mengelilingi Matahari memang tunduk pada Hukum Gravitasi Newton, hanya
saja (dan inilah inti soalnya), saat ia melakukan pengamatan pada Planet
Merkurius, ada sesuatu hal yang berbeda dan janggal alias tidak sesuai dengan
Hukum Newton, di mana berdasarkan pengamatan yang didasarkan kalkulasi dari
Teori Newton, ia menemukan fakta janggal, yaitu sisa 38 detik busur yang tak
dapat ia jelaskan dengan dasar Teori atau Hukum Newton.
Dan
kemudian, di tahun 1890, yang berarti cukup lama juga sejak observasi yang
dilakukan Le Verriere, seorang obseravtor lain, yaitu Newcomb, melakukan
pengamatan secara seksama terhadap apa yang dilakukan oleh Le Verriere
bertahun-tahun sebelumnya itu. Dan ia mendapati bahwa presisi tersebut harusnya
43 derajat detik busur. Nah, berdasarkan temuan ini, timbullah pertanyaan
saintifik yang cukup mengusik “benak seorang ilmuwan yang tengah melakukan
observasi”: “Efek apakah yang menyebabkan munculnya angka ini? Padahal efek
gangguan gravitasi yang dihitung oleh teori gangguan Newtonian dari gerakan
planet lain, seperti Venus, Bumi dan Jupiter telah diperhitungkan?
Dan memang tidak banyak orang yang memperhatikan keganjilan saintifik yang mengusik ini, hingga lebih dianggap sebagai “kebenaran” dengan adanya prinsip aproksimasi dan kompleksitas. Tapi justru fakta saintifik-observatoris inilah yang disadari oleh Eddington dan mengusik benaknya sebagai seorang ilmuwan dan pakar. Begitulah Sir Arthur Eddington pun menulis sepucuk surat kepada Albert Einstein demi meminta penjelasan terkait prediksi Teori Relativitasnya bagi Orbit Merkurius.
Pertanyaannya
adalah kenapa harus menulis surat kepada Einstein? Jawabnya tak lain karena
kalangan ilmuwan dan fisikawan tahu bahwa Einstein pernah menulis sebuah
makalah yang membahas mengenai “Orbital Merkurius” yang cenderung berbeda
dengan planet-planet lainnya di tata-surya.
Dan
hasilnya cukup mengejutkan, di mana Teori Relativitas Eintein berhasil
memberikan prediksi yang sempurna bagi presisi Orbit Merkurius, hingga
memberikan “rasa lega” bagi Sir Arthur Eddington, yang mana presisi sebesar 43
detik busur per abad yang tak terpecahkan itu ternyata murni berasal dari
akibat digunakannya Relativitas Umum. Sir Arthur Eddington segera menyadari
bahwa Albert Einstein yang telah ia kirimi surat dan diajak berkorespondensi
itu telah mendekatkan teorinya pada masalah gravitasi.
Kita pun tak boleh mengabaikan atau melewatkan "The Collected Papers of Albert Einstein", di mana dalam paper itu hasil perhitungan yang ia berikan kepada Sir Arthur Eddington, ia sampaikan juga dalam kuliahnya di Prussian Academy of Sciences (di mana Max Planck bekerja), Berlin pada 18 Nopember 1918.
Kuliah
yang ia presentasikan itu berjudul: "Erkl¨arung der Perihelbewegung des
Merkur aus der allgemeinen Realtivit¨atstheorie" [yang dalam bahasa
Ingrisnya: Explanation of the Perihelion Motion of Mercury from General
Relativity Theory]. Dalam penjelasan yang ia sampaikan dalam kuliah tersebut,
ia mengawalinya dari medan gravitasi dan dengan sejumlah aproksimasi, yang, sungguh
sebuah perumusan yang amat kompleks, terutama bagi kita sebagai bukan ilmuwan.
Demikianlah
nilai penting “komunitas” dan “tradisi” dalam ranah sains dan intelektual, di
mana kerja-kerja saintifik dan “individual” sesungguhnya tidak pernah murni individual.
Sebab kerja saintifik dan intelektual mengandaikan adanya dan hadirnya
interaksi dan “intersubjektivitas” antara satu ilmuwan (intelektual) dengan
intelektual lainnya, meski “autentisitas” memang tergantung pada kegigihan dan
“kecerdasan” individual, yang dalam kasus ini contohnya, adalah “kecerdasan”
Einstein.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar