Hak Cipta
@Sulaiman Djaya (2001)
Para filsuf dan analis di
abad-19 telah menawarkan perspektif baru dalam melihat manusia
(setidak-tidaknya dalam kadar jaman mereka).
Soren Kierkegaard,
contohnya, memandang manusia di jamannya digerakkan oleh materialisme dan
kolektivisme atas dasar rasionalitas instrumental. Sedangkan Sigmund Freud
menyatakan bahwa warisan tradisi sebagai sublimasi dan gejala neurotik, seks
sebagai fakta yang diingkari telah menimbulkan gangguan kejiwaan manusia dan
hipokrisi, dan neurosis adalah buahnya yang tak teringkari.
Tak jauh berbeda dengan
Soren Kierkegaard dan Sigmund Freud, sosiolog Max Weber menyesali rasionalisme
instrumental sebagai the iron cage dan disenchantment
of the world.
Para filsuf, sosiolog, dan
para ilmuwan di abad ke-19 itu telah memberikan sumbangan bagi khazanah
teoritik dan wawasan kebudayaan, setidak-tidaknya pada jaman mereka.
Namun berbeda dengan para
filsuf, sosiolog dan ilmuwan yang telah disebutkan itu, Friedrich Nietzsche
lebih menyelam ke dalam saat melihat persoalan tantangan dan gejala yang
dihadapi manusia modern, ketika ia menyatakan bahwa peradaban modern mengidap
kesadaran buruk, filsafatnya telah menjadi mummy yang
menghisap darah kehidupan manusia, dan asketisme kristiani-nya menurutnya
justru telah melakukan pembunuhan karakteristik atas manusia modern.
Dalam skala itu, meski
berbeda dalam hal fokus dan perspektifnya, tilikan dan pandangan Friedrich Nietzsche
dekat sekali dengan apa yang juga disuarakan Soren Kierkegaard, yaitu menyadari
krisis manusia modern. Hegelianisme-Kristen, contohnya, dipandang oleh
Kierkegaard sebagai rongrongan atas eksistensi manusia sebagai subjek-subjek
yang individual dan mandiri. Di sini, Kierkegaard menegaskan bahwa apa yang
dipilih seseorang akan menentukan siapa dirinya dalam konteks dunia modern.
Di sisi lain, sains dan
rasionalitas modern telah menjadi suatu pabrik, yang pada akhirnya akan
menggiring manusia modern kepada nihilisme. Jalan keluarnya, demikian menurut
Friedrich Nietzsche, adalah revaluasi dan transvaluasi nilai-nilai yang dianut
manusia modern.
Singkatnya, berbeda dengan
para filsuf, sosiolog, dan atau para ilmuwan lainnya, Friedrich Nietzsche telah
menyingkap lorong-lorong gelap manusia modern.
Singkat kata, kita juga
dapat memahami kembali konteks Friedrich Nietzsche dan Soren Kierkegaard dalam
hal kritik kebudayaan dan analisis sosial ketika membaca tulisan-tulisannya
Erich Fromm, Martin Heidegger, Rollo May, Allan Bloom, dan tentu saja, para
filsuf dan analis yang lazim dikenal sebagai Mazhab Frankfurt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar