ABSTRAK
“Mungkinkah Perjanjian
Lama hanya fiksi karangan para sarjana dan para Imam Yahudi belaka? Dalam artian,
Perjanjian Lama bukanlah Torah atau Taurat, sebagaimana diklaim kemudian. Benarkah
Dawud as ‘menzinahi’ Batsheba sebagaimana dinarasikan Perjanjian Lama?”
PEMBAHASAN
Dalam The Way of Torah halaman 81, Jacob Neusner menulis: “Di langit, Tuhan dan para malaikat belajar
Taurat persis, seperti para rabi (pemimpin agama Yahudi) mempelajarinya di
bumi. Tuhan mengenakan jubah layaknya seorang Yahudi dan bersembahyang menurut
cara para rabi. Dia melakukan tindakan-tindakan kasih sayang yang dianjurkan
etika Yahudi. Dia mengatur urusan-urusan dunia sesuai dengan aturan-aturan
Taurat, persis seperti yang dilakukan seorang rabi di pengadilannya. Satu
tafsir legenda penciptaan mengajarkan bahwa Tuhan mengkaji Taurat dahulu dan
kemudian menciptakan dunia darinya.”
Namun, berdasarkan narasi
dan riwayat Ezra (Uzair as), pada peristiwa perang Bukhtunnashri, Taurat
dibakar dan tidak ada yang tersisa, kecuali dalam ingatan ‘Uzair, sementara
narasi Uzair (Ezra) sendiri lebih utuh dalam rekaman Al-Qur’an.
Sementara itu, pada saat
yang sama, membuktikan eksistensi Taurat dan
penggunaannya pada masa Rumah Tuhan yang Pertama adalah sangat sulit. Aaron
Demsky berkata: Ciri lain tentang Tahun Sabbat adalah pembacaan Taurat secara
publik sewaktu hari raya Booth ..., yang mengakhiri tahun itu (Ulangan 31: 1013).
Tidak terdapat bukti tekstual yang memperlihatkan perayaan tahun-tahun Sabbat dan
Jubilee pada masa Rumah Tuhan yang Pertama. Pada kenyataannya, pengarang
Tawarikh... menyatakan bahwa 70 tahun Sabbat dari penaklukan Kanaan oleh bangsa
Israel sampai runtuhnya Rumah Tuhan tidak pernah ditaati.
Sedangkan
menurut dokumen Damsyik atau Damaskus (yang tujuh kopi darinya ditemukan dalam
Kertas Gulungan Laut Mati -The Dead Sea Scrolls) Tuhan memberikan Taurat kepada
Musa as secara keseluruhan dalam bentuk tertulis, yang artinya tidak dalam masa
dan fase parsial yang selama ini menjadi pertentangan di kalangan para sarjana
Perjanjian Lama.
Bersamaan
dengan itu semua, masalah apakah dulunya Taurat diletakkan di dalam Peti (The
Ark) atau hanya di sampingnya, sangatlah pelik dan membingungkan. Sebabnya tak
lain karena peti itu sendiri hilang selama tujuh bulan sewaktu terjadi iInvasi
Palestina sekira 1050-1020 S.M., dan pada saat ditemukan kembali, 50.070 orang
Israel dari kota Bet-Semes dimusnahkan Tuhan karena berani coba-coba menengok
di dalam Peti.
Tatkala
Raja Salomo (Sulaiman bin Dawud) memerintahkan agar Peti diipindahkan ke Rumah
Tuhan yang Pertama, 1 Raja-raja 8: 9 memberitahukan kita bahwa di dalamnya tak
ada satu pun kecuali dua tablet (lempengan batu) yang dibawa Musa dari Sinai, tidak
seluruh Hukum Tuhan.
Bahkan jika
saja seandainya Taurat disimpan terpisah dari Peti, itu pun tampaknya Taurat
juga telah hilang seluruhnya dari kehidupan bangsa Yahudi selama berabad-abad. Selama
tujuh puluh tahun Sabbat (lima abad), jika tidak malah lebih, berlalu tanpa ada
pembacaan Hukum Tuhan secara publik, yang berpuncak pada pengenalan tuhan-tuhan
asing dan ritus-ritus pagan kepada rakyat Israel.
Bagi kita
saat ini, tentu hal ini merupakan indikasi jelas bahwa Taurat sejak itu telah
terhapus dari memori kolektif bangsa (Israel) ini. Baru sampai tahun kedelapan
belas dari pemerintahan Raja Yosia (640-609 S.M.) Taurat ini `secara ajaib
ditemukan kembali, yaitu bertepatan dengan pembaruan menyeluruh yang
dicanangkan Yosia melawan praktik kurban anak dan ritual-ritual pagan yang
lain.
Namun di
kala itu pun Taurat masih tidak dipergunakan secara umum untuk waktu dua abad
lagi. Tampaknya Taurat ini menghilang dari kesadaran orang-orang Yahudi secara
tiba-tiba persis seperti kemunculannya.
Dalam hal
ini, ada bukti yang bagus untuk mengatakan bahwa pembacaan dan penjelasan Hukum
Tuhan pertama kali dilakukan secara publik (setelah masa Musa) hanyalah terjadi
pada saat pengumumannya oleh Ezra ± 449 S.M. Perlu dicatat bahwa terdapat gap
(keterputusan) yang sangat besar yang melebihi 170 tahun antara masa
ditemukannya kembali Hukum Tuhan (621 S.M.) dan masa Ezra membacakannya secara
publik. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar