Kala itu Jalut (Goliath) tampak membawa baju besinya bersama
pedangnya, menantang siapa saja untuk berduel dengannya. Semua tentara Thalut
merasa takut untuk menghadapinya. Namun di saat-saat yang mencekam itu,
muncullah dari pasukan Thalut seorang pengembala kambing yang kecil, yaitu Dawud.
Dawud pun maju dan meminta kepada raja Thalut agar mengizinkannya
berduel dengan Jalut (Goliath). Hanya saja, sang raja pada hari pertama itu
menolak permintaan Dawud. Alasannya tak lain karena Dawud bukanlah seorang
tentara, ia hanya sekadar pengembala kambing yang masih kecil dan remaja. Dawud
tidak memiliki pengalaman dalam peperangan. Ia tidak memiliki pedang,
senjatanya adalah potongan batu bata yang digunakan untuk mengusir kambingnya.
Meskipun demikian, Dawud mengetahui bahwa Allah Yang Maha Besar dan Yang Maha
Tinggi adalah sumber kekuatan yang hakiki di dunia ini. Karena ia seorang yang
beriman kepada Allah, maka ia merasa lebih kuat daripada Jalut.
Kemudian, pada hari kedua, ia kembali meminta izin agar diberi
kesempatan untuk memerangi Jalut (Goliath). Kali ini sang raja memberikan izin
kepadanya. Sang Raja berkata kepadanya: "Seandainya engkau berani
memeranginya, maka engkau menjadi pemimpin pasukan dan akan menikahi anak
perempuanku." Dawud tidak peduli dengan iming-iming tersebut. Ia hanya
ingin berperang dan memenangkan iman-nya dan mengalahkan kezaliman. Ia ingin mengalahkan
Jalut (Goliath), seorang lelaki yang sombong dan lalim dan tidak mempercayai
Allah Yang Maha Tinggi.
Kala itu Dawud maju dengan membawa tongkatnya dan lima buah batu
serta katapel. Sementara itu Jalut (Goliath) maju dengan baju perang, yaitu
baju besi. Saat itu Jalut (Goliath) mengejek Dawud dan meremehkannya. Tetapi saat
itu, Dawud meletakkan batu yang kuat di atas katapelnya, dan segera ia pun
melepaskannya di udara sehingga batu itu pun meluncur dengan keras. Angin
menjadi sahabat Dawud karena ia cinta kepada Allah Yang Maha Tinggi, sehingga
angin itu membawa batu itu menuju ke dahi (jidat) Jalut (Goliath). Singkat cerita,
batu pun itu menumbangkan tubuh Jalut (Goliath) yang besar hingga akhirnya ia
meregang nyawa. Jalut (Goliath) yang dibekali senjata yang lengkap itu
tersungkur ke tanah, dan mati.
Dawud, sang pengembala yang baik itu, mengambil pedang Jalut
(Goliath). Dan berkecamuklah peperangan di antara kedua pasukan. Peperangan
dimulai saat pemimpinnya terbunuh dan rasa ketakutan menghinggapi seluruh
pasukannya, sedangkan pasukan yang lain dipimpin oleh seorang pengembala
kambing yang sederhana.
Allah SWT berfirman: "Tatkala mereka tampak oleh Jalut dan
tentaranya, mereka pun berdoa: 'Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri
kami, dan kokohkanlah pendirian kami terhadap orang-orang kafir.' Mereka
(tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah memberinya
kepadanya (Dawud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan
mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak
(keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi
ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam" (QS.
Al-Baqarah: 250-251).
Setelah Dawud membunuh Jalut (Goliath) itu, ia mencapai puncak
ketenaran di tengah-tengah kaumnya sehingga ia menjadi seorang lelaki yang
paling terkenal di kalangan Bani Israil. Beliau menjadi pemimpin pasukan dan
suami dari anak perempuan raja. Namun Dawud tidak begitu gembira dengan semua
ini. Beliau tidak bertujuan untuk mencapai ketenaran atau kedudukan atau
kehormatan, tetapi beliau berusaha untuk menggapai cinta Allah SWT.
Daud telah diberi suatu suara yang sangat indah dan mengagumkan.
Dawud bertasbih kepada Allah SWT dan mengagungkan-Nya dengan suaranya yang
menarik dan mengundang decak kagum. Oleh karena itu, setelah mengalahkan Jalut
(Goliath), Dawud pun bersembunyi. Beliau pergi ke gurun dan gunung. Beliau
merasakan kedamaian di tengah-tengah makhluk-makhluk yang lain. Di saat
mengasingkan diri, beliau bertaubat kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman: "Dan sesungguhnya telah Kami berikan
kepada Dawud karunia Kami. (Kami berfirman): 'Hai gunung-gunung dan
burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud', dan Kami telah melunakkan
besi padanya. (Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah
anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa
yang kamu kerjakan" (QS. Saba': 10-11).
"Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung,
semua bertasbih bersama Dawud, dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami
ajarkan kepada Dawud membuat baju besi kepada kamu, guna memelihara kamu dalam
peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)" (QS. al-Anbiya': 79-80)
Ketika Dawud duduk, maka ia bertasbih kepada Allah SWT dan
memuliakan-Nya. Allah SWT memilih Dawud sebagai Nabi dan memberinya Kitab
Zabur. Allah SWT berfirman: "Dan Kami berikan Kitab Zabur kepada
Dawud" (QS. Al-Isra': 55).
Zabur adalah kitab suci seperti Kitab Taurat. Dawud membaca kitab
tersebut dan bertasbih kepada Allah SWT. Saat beliau bertasbih, gunung-gunung
juga ikut bertasbih, dan burung-burung pun berkumpul bersama beliau.
Allah SWT berfirman: "Dan ingatlah hamba Kami Dawud yang
mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya
Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Dawud) di waktu
pagi dan petang, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan
terkumpul. Masing-masing amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya
dan Kami berikan hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan" (QS.
Shad: 17-20).
Gurun terbentang sehingga mencapai ufuk. Ini adalah hari puasa Dawud.
Nabi Dawud berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada hari yang lain. Inilah
yang disebut dengan Shiam ad-Dahr. Dawud membaca Kitab Zabur
dan merenungkan ayat-ayatnya. Gunung-gunung bertasbih bersamanya. Gunung
menyempurnakan pembacaan ayat tersebut, dan terkadang beliau diam sementara
gunung itu menyempurnakan tasbihnya.
Bukan hanya gunung yang bertasbih bersama beliau, burung-burung
pun ikut bertasbih. Ketika Daud mulai membaca Kitab Zabur yang suci maka
burung-burung, binatang-binafang buas, dan pohon-pohon pun berkumpul di
sisinya, bahkan gunung-gunung ikut bertasbih. Bukan hanya karena ketulusan Dawud
yang menjadi penyebab bertasbihnya gunung-gunung atau burung-burung bersama
beliau; bukan hanya keindahan suaranya yang menjadi penyebab bertasbihnya makhluk-makhluk
yang lain bersama beliau, namun ini adalah mukjizat dari Allah SWT kepadanya
sebagai Nabi yang memiliki keimanan yang agung, yang cintanya kepada Allah SWT
sangat tulus.
Bukan hanya ini mukjizat yang diberikan kepada beliau, Allah SWT
juga memberinya ilmu atau kemampuan untuk memahami bahasa burung dan
hewan-hewan yang lain.
Dan pada suatu hari, beliau merenung dan mendengarkan ocehan
burung yang berdialog satu sama lain. Lalu beliau mengerti apa yang dibicarakan
burung-burung itu. Allah SWT meletakkan cahaya dalam hatinya sehingga ia
memahami bahasa burung dan bahasa hewan-hewan yang lain. Dawud sangat mencintai
hewan dan burung. Beliau berlemah lembut kepada hewan-hewan itu, bahkan beliau
merawatnya ketika hewan-hewan itu sakit sehingga burung-burung dan binatang
yang lain pun mencintainya.
Di samping kemampuan memahami bahasa burung, Allah SWT juga
memberinya hikmah (ilmu pengetahuan). Ketika Dawud memperoleh ilmu dari Allah
SWT atau ketika ia mendapatkan mukjizat maka bertambahlah rasa cintanya kepada
Allah SWT dan bertambah juga rasa syukumya kepada-Nya, begitu juga ibadahnya
semakin meningkat. Oleh karena itu, beliau berpuasa pada suatu hari dan berbuka
pada hari yang lain.
Allah SWT sangat mencintai Dawud dan memberinya kerajaan yang
besar. Dan masalah yang dihadapi oleh kaumnya adalah, banyaknya peperangan di
zaman mereka. Karena itu, pembuatan baju besi sangat penting. Baju besi yang
dibuat oleh para ahli sangat berat sehingga seorang yang berperang tidak mudah
bergerak dengan bebas ketika memakai baju besi itu. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar