Jumat, 09 Oktober 2015

Dari Banten Art and Culture Festival 2012



“Merawat tradisi, memacu kreativitas”

Oleh Sulaiman Djaya (Penyair, esais, dan pemerhati budaya)

Orang boleh bilang bahwa Banten adalah Provinsi muda, namun negeri yang merupakan warisan Kesultanan Banten yang masyhur ini terus memacu geliat dan gairah budayanya, tak mau ketinggalan dengan provinsi-provinsi lain yang usianya jauh lebih tua. Terlebih saat ini, Banten boleh bangga karena telah memiliki Gedung Balai Budaya di kawasan KP3B atau Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten, yang belum lama ini diresmikan sebagai tempat dan media bagi kerja dan wadah pengembangan seni-budaya Banten. Tak terkecuali juga, Balai Budaya Banten ini dapat dijadikan sebagai tempat dan wadah bagi para seniman dan pegiat kebudayaan di Banten untuk menampilkan atau mengekspressikan karya-karya dan kerja-kerja kesenian mereka. Dan, di gedung dan lingkungan Balai Budaya Banten ini pula diadakan hajatan akbar Banten Art and Culture Festival pada 30 November 2012 hingga 1 Desember 2012. Hajatan yang terbilang meriah dan mendapatkan antusiasme publik ini menyuguhkan sejumlah acara festival dan kegiatan kebudayaan, mulai dari seni tradisi hingga lomba baca puisi.

DARI SENI TRADISI HINGGA LOMBA BACA PUISI
Bertempat di halaman Balai Budaya Banten, misalnya, Banten Art and Culture Festival menyuguhkan kegiatan Lomba Baca Puisi yang diikuti oleh para peserta berusia 15 hingga 25 tahun, yang merupakan utusan dari kabupatan dan kota di Provinsi Banten. Para peserta yang mengikuti lomba tersebut masing-masing membawakan satu buah puisi pada babak penyisihan, dan jika masuk babak final, membacakan satu buah puisi yang berbeda. Naskah puisi yang mereka bacakan tersebut telah disiapkan oleh panitia, yang dalam penyiapannya panitia telah berkonsultasi dengan komunitas sastra “Kubah Budaya” dan Unit Kegiatan Sastra Untirta Serang Banten. Dalam event tersebut, peserta yang hadir berasal dari Kabupaten Serang, Kota Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kota Cilegon.

Acara Banten Art and Culture Festival di lingkungan Balai Budaya Banten itu pun semakin semarak dengan digelarnya Festival Tari yang menampilkan Tari Penyambutan dari ragam khasanah seni budaya dari Kab/Kota yang pesertanya mencapai 160 orang. Masing-masing Kabupaten/Kota mengirimkan personil 20 orang, terdiri dari penari dan pemusik, serta pendamping dan para penata. Dalam segmen Dance Festival itu, masing-masing para peserta diberi alokasi waktu 7 menit untuk mementaskan tariannya. Panitia menyediakan panggung dengan apront memanjang ke depan, karena konsep panggungnya adalah penyambutan: prosesi penyambutan tamu kehormatan di pintu gerbang tempat acara, sebagaimana lazimnya seremonial penyambutan para tamu terhormat dan para tamu penting yang datang atau melakukan kunjungan ke suatu wilayah atau negara.

Para peserta pun menampilkan ragam tari yang khas dan unik sesuai dengan khazanah daerah asal mereka. Kota Serang, contohnya, sebagai ibukota Provinsi, menampilkan Tari Assalamu’alaikum, sebuah tari yang tak ragu lagi merupakan perpaduan khazanah budaya Banten dan spirit keagamaan Islam. Sementara itu, Kabupaten Tangerang, dengan keunikannya tentu saja, tak mau kalah dengan membawakan Tari Mapag Penganten Gede, sebuah tari yang boleh dibilang hendak bercerita tentang khazanah adat masyarakat Kabupaten Tangerang.

Begitu pun dengan Kabupaten Lebak, dengan Tari Lagean Pangbage-nya, tampil dengan ke-khasan budaya Banten Selatan dan keunikan budaya Sunda-nya. Sedangkan Kabupaten Serang, yang menghadirkan Tari Payung Pentul, seakan ingin menghadirkan kearifan lokal masa silam di panggung pentas, dengan kreasi baru. Tak mau ketinggalan dengan saudara-saudara mereka tersebut, Kota Tangerang tampil dengan Tari Bray, Kabupaten Pandeglang yang merupakan daerah dengan budaya Sunda khas Banten Selatan itu, dengan bangga menampilkan Tari Lage Pangbagea-nya, Kota Cilegon dengan Tari Meseman Bandrong Ning Cilegon-nya hadir di depan khalayak dengan kekhasan kultur Jawa-Bantennya yang tetap mereka jaga, dan Kota Tangerang Selatan, sebagai kota paling muda di Banten, tampil dengan Tari Penyambutan-nya yang juga cukup eksotik sebagaimana kabupaten dan kota lain, di mana para penari tersebut tampil dengan busana yang indah dan memikat khalayak, selain tentu saja menyuguhkan keindahan gerak atau koreografi tarian itu sendiri.

Boleh dibilang, segmen Festival Seni Tari Tradisi Banten dalam event Banten Art and Culture Festival ini telah memberikan hiburan tersendiri bagi para khalayak atau para penonton yang menyaksikan penampilan-penampilan mereka yang hadir dengan kekhasan dan keunikan masing-masing kabupaten dan kota di Provinsi Banten.

SENI RUPA PUN TAK MAU KETINGGALAN
Tak hanya menyuguhkan dan menghadirkan pentas-pentas lomba seni tradisi, yang dalam hal ini tari, dan lomba baca puisi, para perupa alias para pelukis pun memamerkan karya-karya mereka di Ruang Pamer Balai Budaya Banten dalam perhelatan Banten Art and Culture Festival ini. Tampak di ruang pameran karya-karya seni lukis itu, barisan karya para seniman lukis yang terpajang di dinding ruangan dengan ragam tema dan gaya. Mulai dari pilihan warna hingga objek lukisan yang mereka tuangkan pada kanvas dalam ragam ukuran. Dari para pelukis muda hingga yang sudah lama berkiprah dalam kerja seni rupa, baik di Banten sendiri atau pun dalam event-event pameran tingkat nasional hingga internasional.


MEMACU KREATIVITAS BUDAYA BANTEN
Tak ragu lagi, digelarnya ajang Banten Art and Culture Festival, yang merupakan salah-satu program unggulan Banten dalam bidang kebudayaan ini, tak lain sebagai upaya pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas para Seniman dan Budayawan dalam berkarya, juga dalam rangka melestarikan dan mengembangkan Seni Budaya Banten. Dan yang juga tak boleh dinafikan, ajang ini bertujuan untuk menumbuhkan minat Generasi Muda Banten untuk mencintai nilai budaya dan menjadi para insan kreatif di masa depan. Di sini, kita boleh mengutip Vaclav Havel, seniman dan budayawan yang didapuk sebagai Presiden Pertama Cheko itu, kebudayaan dan kesenian hanya akan berumur panjang hanya jika dicintai masyarakatnya, dan jika menyadari takdirnya dalam setiap jaman dan waktu. Apa yang diungkapkan Havel itu, setidak-tidaknya adalah juga apa yang ingin dicapai dengan digelarnya ajang bergengsi budaya Banten ini: Banten Art and Culture Festival 2012. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar