Jumat, 29 Januari 2016

Ezra: Al-Qur’an Versus Al-Kitab (Bagian Pertama)



Abstrak: “Benarkah Al-Qur’an mencontek Bible (semisal mencontek Perjanjian Lama)? Sebab, dalam banyak tempat dan konteks, Al-Qur’an justru mengoreksi dan membantah Bible dan menarasikan apa yang tidak dinarasikan Bible, yang bahkan justru melengkapi Bible itu sendiri. Pertanyaan ini diajukan terkait dengan mereka yang mengkomparasi Al-Qur’an dan Bible dan lalu kemudian menuduh Al-Qur’an sebagai contekan Bible, ketimbang bersikap adil untuk mengkritisi Bible itu sendiri sembari membaca Al-Qur’an. Tulisan bagian pertama ini hanya sebagai contoh pertama untuk membandingkan narasi Al-Qur’an dan Al-Kitab terkait masalah tersebut.”
Top of Form

“Kami mendengar dari ayah-ayah kami dan kakek-kakek kami bahwa Uzair as adalah seorang Nabi dan ia mampu menghafal Taurat. Sungguh Taurat telah hilang dari kita dalam peperangan Bukhtunnashr di mana mereka membakarnya dan membunuh para ulama dan para pembaca Kitab suci itu. Ini terjadi seratus tahun lalu yang engkau katakan bahwa engkau menjalani kematian atau engkau tidur. Seandainya engkau menghafal Taurat, niscaya kami akan percaya bahwa engkau adalah Uzair as.”

Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: ‘Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?’, maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, ‘Berapa lama kamu tinggal di sini?’ Ia menjawab, ‘Aku tinggal di sini sehari atau setengah hari.’ Allah berfirman, ‘Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah; dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang-belulang): Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.’ Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: ‘Aku yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.’ (Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 259).

Dikatakan bahwa Uzair as adalah seorang Nabi dari nabi-nabi Bani Israil. Dia-lah yang menjaga Taurat, lalu terjadilah peristiwa yang sangat mengagumkan padanya. Allah SWT telah mematikannya selama seratus tahun kemudian ia dibangkitkan kembali. Selama Uzair as tidur satu abad penuh, terjadilah peperangan yang didalangi oleh Bakhtansir di mana ia membakar Taurat. Tidak ada sesuatu pun yang tersisa kecuali yang dijaga oleh kaum lelaki. Mukjizat yang terjadi pada Nabi Uzair as adalah sumber fitnah yang luar biasa di tengah kaumnya.

Pada suatu hari, tampak bahwa cuaca sangat panas dan segala sesuatu merasa kehausan. Sementara itu, desa yang ditinggali oleh Uzair hari itu tampak tenang karena sedang melalui musim panas di mana sedikit sekali aktivitas di dalamnya. Uzair berpikir bahwa kebunnya butuh untuk diairi. Kebun itu cukup jauh dan jalan menuju ke sana sangat berat dan disela-selai dengan kuburan. Sebelumnya, tempat itu adalah kota yang indah dan ramai di mana penghuninya cukup asyik tinggal di dalamnya lalu ia menjadi kota mati.

Uzair as berpikir dalam hatinya bahwa pohon-pohon di kebunnya pasti merasakan kehausan lalu ia menetapkan untuk pergi memberinya minum. Hamba yang saleh dan salah seorang nabi dari Bani Israil ini pergi dari desanya. Matahari tampak masih baru memasuki waktu siang. Uzair as menunggang keledainya dan memulai perjalanannya. Beliau tetap berjalan hingga sampai di kebun. Beliau mengetahui bahwa pohon-pohonnya tampak kehausan dan tanahnya tampak terbelah dan kering. Uzair menyirami kebunnya dan ia memetik dari kebun itu buah tin (sebagian buah tin) dan mengambil pohon anggur. Beliau meletakkan buah tin di satu keranjang dan meletakkan buah anggur di keranjang yang lain. Kemudian ia kembali dari kebun sehingga keledai yang dibawanya berjalan di tengah-tengah terik matahari.

Di tengah-tengah perjalanan, Uzair berpikir tentang tugasnya yang harus dilakukan esok hari. Tugas pertama yang harus dilakukannya adalah mengeluarkan Taurat dari tempat persembunyiannya dan meletakkannya di tempat ibadah. Beliau berpikir untuk membawa makanan dan memikirkan tentang anaknya yang masih kecil, di mana beliau teringat oleh senyumannya yang manis, dan beliau pun terus berjalan dan semakin cepat. Beliau menginginkan keledainya untuk berjalan lebih cepat.

Lalu Uzair as sampai di suatu kuburan. Udara panas saat itu semakin menyengat dan keledai-nya tampak kepayahan. Tubuhnya diselimuti dengan keringat yang tampak menyala karena tertimpa sinar matahari. Keledai itu pun mulai memperlambat langkahnya ketika sampai di kuburan. Uzair as berkata kepada dirinya: Mungkin aku lebih baik berhenti sebentar untuk beristirahat, dan aku akan mengistirahatkan keledai. Lalu aku akan makan siang. Uzair as turun dari keledainya di salah satu kuburan yang rusak dan sepi.

Semua desa itu menjadi kuburan yang hancur dan sunyi. Uzair mengeluarkan piring yang dibawanya dan duduk di suatu naungan. Ia mengikat keledai di suatu dinding, lalu ia mengeluarkan sebagian roti kering dan menaruhnya di sampingnya. Selanjutnya, ia memeras di piringnya anggur dan meletakkan roti yang kering itu di bawah perasan anggur. Uzair as menyandarkan punggungnya di dinding dan agak menjulurkan kakinya. Uzair as menunggu sampai roti itu tidak kering dan tidak keras.

Kemudian Uzair mulai mengamati keadaan di sekelilingnya dan tampak keheningan dan kehancuran meliputi tempat itu: rumah-rumah hancur berantakan dan tampak tiang-tiang pun akan hancur, pohon-pohon sedikit saja terdapat di tempat itu yang tampak akan mati karena kehausan, tulang-tulang yang mati yang dikuburkan di sana berubah menjadi tanah. Alhasil, keheningan menyeliputi tempat itu. Uzair as merasakan betapa kerasnya kehancuran di situ dan ia bertanya dalam dirinya sendiri: “Bagaimana Allah SWT menghidupkan semua ini setelah kematiannya? Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?”

Uzair as bertanya: Bagaimana Allah SWT menghidupkan tulang-tulang ini setelah kematiannya, di mana ia berubah menjadi sesuatu yang menyerupai tanah. Uzair as tidak meragukan bahwa Allah SWT mampu menghidupkan tulang-tulang ini, tetapi ia mengatakan yang demikian itu karena rasa heran dan kekaguman. Belum lama Uzair as mengatakan kalimatnya itu sehingga ia mati. Allah SWT mengutus malaikat maut padanya lalu rohnya dicabut, sementara keledai yang dibawanya masih ada di tempatnya ketika melihat tuannya sudah tidak lagi berdaya.

Keledai itu tetap di tempatnya sehingga matahari tenggelam lalu datanglah waktu Subuh. Keledai itu berusaha berpindah dari tempatnya tetapi ia terikat. Ia pun masih ada di tempatnya dan tidak bisa melepaskan ikatannya sehingga ia mati kelaparan.

Kemudian penduduk desa Uzair as merasa gelisah dan mereka ramai-ramai mencari Uzair as di kebunnya, tetapi di sana mereka tidak menemukannya. Mereka kembali ke desa dan tidak menemukannya. Lalu mereka menetapkan beberapa kelompok untuk mencarinya. Akhirnya, kelompok-kelompok ini mencari ke segala penjuru tetapi mereka tidak menemukan Uzair as dan tidak menemukan keledainya. Kelompok-kelompok ini melewati kuburan yang di situ Uzair as meninggal, namun mereka tidak berhenti di situ. Tampak bahwa di tempat itu hanya diliputi keheningan.

Seandainya Uzair as ada di sana niscaya mereka akan mendengar suaranya. Kemudian kuburan yang hancur ini sangat menakutkan bagi mereka, karena itu mereka tidak mencari di dalamnya.

Lalu berlalulah hari demi hari, dan orang-orang putus-asa dari mencari Uzair as, dan anak-anaknya merasa bahwa mereka tidak akan melihat Uzair as kedua kalinya dan istrinya mengetahui bahwa Uzair as tidak mampu lagi memelihara anaknya dan menuangkan rasa cintanya kepada mereka sehingga istrinya itu menangis lama sekali.

Sesuai dengan perjalanan waktu, maka air-mata pun menjadi kering dan penderitaan makin berkurang. Akhirnya, manusia mulai melupakan Uzair as dan mereka tetap menjalankan tugas mereka masing-masing. Dan berjalanlah tahun demi tahun dan masyarakat mulai melupakan Uzair as kecuali anaknya yang paling kecil dan seorang wanita yang bekerja di rumah mereka di mana Uzair as sangat cinta kepadanya. Usia wanita itu dua puluh tahun ketika Uzair as keluar dari desa.

Berlalulah sepuluh tahun, dua puluh tahun, delapan puluh tahun, sembilan puluh tahun sehingga sampai satu abad penuh. Allah SWT berkehendak untuk membangkitkan Uzair as kembali. Allah SWT mengutus seorang malaikat yang meletakkan cahaya pada hati Uzair as sehingga ia melihat bagaimana Allah SWT menghidupkan orang-orang mati. Uzair as telah mati selama seratus tahun. Meskipun demikian, ia dapat berubah dari tanah menjadi tulang, menjadi daging, dan kemudian menjadi kulit. Allah SWT membangkitkan di dalamnya kehidupan dengan perintah-Nya sehingga ia mampu bangkit dan duduk di tempatnya dan memperhatikan dengan kedua matanya apa yang terjadi di sekelilingnya.

Uzair as bangun dari kematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai memandang apa yang ada di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di sekitarnya. Ia mengingat-ingat bahwa ia telah tertidur. Ia kembali dari kebunnya ke desa lalu tertidur di kuburan itu. Inilah peristiwa yang dialaminya. Matahari bersiap-siap untuk tenggelam sementara ia masih tertidur di waktu Dzuhur.

Uzair as berkata dalam dirinya: Aku tertidur cukup lama. Barangkali sejak Dzuhur sampai Maghrib. Malaikat yang diutus oleh Allah SWT membangunkannya dan bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?”

Malaikat bertanya kepadanya: “Berapa jam engkau tidur?” Uzair menjawab: “Aku tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Malaikat yang mulia itu berkata kepadanya: “Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. ” Engkau tidur selama seratus tahun. Allah SWT mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau mengetahui jawaban dari pertanyaanmu ketika engkau merasa heran dari kebangkitan yang dialami oleh orang-orang yang mati. Uzair as merasakan keheranan yang luar biasa sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya terhadap kekuasaan Al-Khaliq (Sang Pencipta). Malaikat berkata sambil menunjuk makanan Uzair: “Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah.”

Uzair melihat buah tin itu lalu ia mendapatinya seperti semula di mana warnanya tidak berubah dan rasanya pun tidak berubah. Telah berlalu seratus tahun tetapi bagaimana mungkin makanan itu tidak berubah? Lalu Uzair as melihat piring yang di situ ia memeras buah anggur dan meletakkan di dalamnya roti yang kering, dan ia mendapatinya seperti semula di mana minuman anggur itu masih layak untuk diminum dan roti pun masih tampak seperti semula, di mana kerasnya dan keringnya roti itu dapat dihilangkan ketika dicampur dengan perasan anggur.

Uzair as merasakan keheranan yang luar biasa, bagaimana mungkin seratus tahun terjadi sementara perasan anggur itu tetap seperti semula dan tidak berubah. Malaikat merasa bahwa seakan-akan Uzair masih belum percaya atas apa yang dikatakannya. Karena itu, malaikat menunjuk keledainya sambil berkata: “Dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang-belulang).”

Uzair as pun melihat ke keledainya tetapi ia tidak mendapati kecuali ia tanah dari tulang-tulang keledainya. Malaikat berkata kepadanya: “Apakah engkau ingin melihat bagaimana Allah SWT membangkitkan orang-orang yang mati? Lihatlah ke tanah yang di situ terletak keledaimu.”

Kemudian malaikat memanggil tulang-tulang keledai itu lalu atom-atom tanah itu memenuhi panggilan malaikat sehingga ia mulai berkumpul dan bergerak dari setiap arah lalu terbentuklah tulang-tulang. Malaikat memerintakan otot-otot syaraf daging untuk bersatu sehingga daging melekat pada tulang-tulang keledai. Sementara itu, Uzair as memperhatikan semua proses itu. Akhirnya, terbentuklah tulang dan tumbuh di atasnya kulit dan rambut.

Alhasil, keledai itu kembali seperti semula setelah menjalani kematian. Malaikat memerintahkan agar roh keledai itu kembali kepadanya dan keledai pun bangkit dan berdiri. Ia mulai mengangkat ekornya dan bersuara. Uzair as menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah SWT tersebut terjadi di depannya. Ia melihat bagaimana mukjizat Allah SWT yang berupa kebangkitan orang-orang yang mati setelah mereka menjadi tulang belulang dan tanah. Setelah melihat mukjizat yang terjadi di depannya, Uzair as berkata: “Aku yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.“
           
Uzair as bangkit dan menunggangi keledainya menuju desanya. Allah SWT berkehendak untuk menjadikan Uzair as sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya kepada masyarakat dan mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas kebenaran kebangkitan dan hari kiamat. Uzair memasuki desanya pada waktu Maghrib. Ia tidak percaya melihat perubahan yang terjadi di desanya di mana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah berubah, begitu juga manusia dan anak-anak yang ditemuinya.

Tak seorang pun di situ yang mengenalinya. Sebaliknya, ia pun tidak mengenali mereka. Uzair as meninggalkan desanya saat beliau berusia empat puluh tahun dan kembali kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun. Tetapi desanya sudah menjalani waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah telah hancur dan jalan-jalan pun telah berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat itu.

Uzair berkata dalam dirinya: Aku akan mencari seorang lelaki tua atau perempuan tua yang masih mengingat aku. Uzair as terus mencari sehingga ia menemukan pembantunya yang ditinggalnya saat berusia dua puluh tahun. Kini, usia pembantu itu mencapai seratus dua puluh tahun di mana kekuatannya sudah sangat merosot dan giginya sudah ompong dan matanya sudah lemah.

Uzair as bertanya kepadanya: “Wahai perempuan yang baik, di mana rumah Uzair as.” Wanita itu menangis dan berkata: “Tak seorang pun yang mengingatnya. Ia telah keluar sejak seratus tahun dan tidak kembali lagi. Semoga Allah SWT merahmatinya.” Uzair as berkata kepada wanita itu: “Sungguh aku adalah Uzair as. Tidakkah engkau mengenal aku? Allah SWT telah mematikan aku selama seratus tahun dan telah membangkitkan aku dari kematian.”

Wanita itu keheranan dan tidak mempercayai omongan itu. Wanita itu berkata: “Uzair as adalah seseorang yang doanya dikabulkan. Kalau kamu memang Uzair as, maka berdoalah kepada Allah SWT agar aku dapat melihat sehingga aku dapat berjalan dan mengenalmu.” Lalu Uzair as berdoa untuk wanita itu sehingga Allah SWT mengembalikan penglihatan matanya dan kekuatannya. Wanita itu pun mengenali Uzair as. Lalu ia segera berlari di negeri itu dan berteriak: “Sungguh Uzair as telah kembali.”

Mendengar teriakan wanita itu, masyarakat bingung dan merasa heran. Mereka mengira bahwa wanita itu telah gila.

Kemudian diadakan pertemuan yang dihadiri orang-orang pandai dan para ulama. Dalam majlis itu juga dihadiri oleh cucu Uzair as di mana ayahnya telah meninggal dan si cucu itu telah berusia tujuh puluh tahun sedangkan kakeknya, Uzair as, masih berusia empat puluh tahun. Di majelis itu mereka rnendengarkan kisah Uzair as lalu mereka tidak mengetahui apakah mereka akan mempercayainya atau mengingkarinya.

Salah seorang yang pandai bertanya kepada Uzair as: “Kami mendengar dari ayah-ayah kami dan kakek-kakek kami bahwa Uzair as adalah seorang Nabi dan ia mampu menghafal Taurat. Sungguh Taurat telah hilang dari kita dalam peperangan Bukhtunnashr di mana mereka membakarnya dan membunuh para ulama dan para pembaca Kitab suci itu. Ini terjadi seratus tahun lalu yang engkau katakan bahwa engkau menjalani kematian atau engkau tidur. Seandainya engkau menghafal Taurat, niscaya kami akan percaya bahwa engkau adalah Uzair as.”

Uzair mengetahui bahwa tak seorang pun dari Bani Israil yang mampu menghafal Taurat. Uzair as telah menyembunyikan Taurat itu dari usaha musuh untuk menghancurkannya. Uzair as duduk di bawah naungan pohon sedangkan Bani Israil berada di sekitarnya. Lalu Uzair as menghapusnya huruf demi huruf sampai selesai lalu ia berkata dalam dirinya: Aku sekarang akan mengeluarkan Taurat yang telah aku simpan.

Uzair as pergi ke suatu tempat lalu ia mengeluarkan Taurat di mana kertas yang terisi Taurat itu telah rusak. Ia mengetahui mengapa Allah SWT mematikannya selama seratus tahun dan membangkitkannya kembali. Kemudian tersebarlah berita tentang mukjizat Uzair as di tengah-tengah Bani Israil. Mukjizat tersebut membawa fitnah yang besar bagi kaumnya. Sebagian kaumnya mengklaim bahwa Uzair as adalah anak Allah. Allah SWT berfirman:

“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair adalah anak Allah’” (Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 30). Mula-mula mereka membandingkan antara Musa as dan Uzair as dan mereka berkata: “Musa tidak mampu mendatangkan Taurat kepada kita kecuali di dalam kitab sedangkan Uzair as mampu mendatangkannya tanpa melalui kitab (tanpa dicetak).”

Setelah perbandingan yang salah ini, mereka menyimpulkan sesuatu yang keliru di mana mereka menisbatkan kepada nabi mereka hal yang sangat tidak benar. Mereka mengklaim bahwa dia adalah anak Tuhan. Maha Suci Allah dari semua itu: “Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia” (Al-Qur’an Surah Maryam ayat 35).


(Silahkan bandingan riwayat dan narasi Ezra ini dengan Bible, dan silahkan lihat mana yang utuh dan mana yang cacat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar