Rabu, 27 Mei 2015

Kisah Siswi Karina Ke-16 (Misi Jenderal Ilias)


Hak cipta ©Sulaiman Djaya

Pasukan khusus dari negeri Farsa dan Lubnan itu akhirnya sampai di kota Damas, sejumlah pasukan yang memiliki ragam keahlian dan keterampilan bertempur yang ternyata dipimpin Ilias, yang kini telah menjadi seorang jenderal tampan dan gagah dengan pangkat tertinggi. Jenderal Roshtam sendiri yang memberikan pangkat tertinggi tersebut atas restu langsung Raja Nazad dari negeri Farsa.

Kedatangan Jenderal Ilias dan pasukan khususnya itu disambut langsung oleh Raja Rashab dan panglima perang tertinggi negeri Suryan, yaitu Jenderal Runi Kalimi yang terkenal cerdik dan berkepala dingin, hingga seringkali hitungan dan strategi perangnya berhasil membuat kalang-kabut lawan-lawannya.

Sementara itu, ribuan pasukan Siis yang terus bergerak atas instruksi Rakab itu telah mencapai separuh jarak perjalanan mereka menuju kota Ramad, di saat Ghasim sang prajurit negeri Suryan didikan Jenderal Saada yang telah gugur itu telah berhasil menghimpun dan menyiagakan para pemuda di kota Ramad untuk menjadi prajurit dadakan dan telah berhasil menungungsikan anak-anak, para lansia, kaum ibu serta kaum perempuan untuk hijrah ke kota Daraa, sebuah kota yang cukup jauh dari kota mereka, kota Ramad yang tengah menanti ajang pertarungan melawan pasukan Siis yang terkenal bengis, keji, dan brutal itu.

Setelah mengadakan pembicaraan singkat di kota Damas itu, Ilias, Raja Rashab, dan Jenderal Runi Kalimi sepakat bahwa Ilias yang kini telah menjadi jenderal itu akan memberi kesempatan kepada para pemuda di kota Ramad untuk berjuang mempertahankan kota mereka dari gempuran pasukan Siis yang dipimpin Rakab tersebut, sebelum ia dan pasukan khususnya akan turun tangan langsung demi menumpas garnisun pertama pasukan Siis yang menuju kota Ramad itu, sebelum garnisun lainnya datang, dan karena itu ia harus menghemat tenaga dan strategi tempurnya agar tidak habis dalam waktu singkat.

Dalam kesepakatan itu juga ditetapkan bahwa Jenderal Runi Kalimi dipercayakan untuk menyiagakan seluruh komandan, para jenderal, dan tentara negeri Suryan untuk menghadapi garnisun atau pasukan Siis lainnya yang diperkirakan akan datang ke negeri Suryan dengan jumlah yang lebih besar dan persenjataan perang yang lebih canggih.

Sebelum berangkat ke kota Damas bersama pasukan khususnya itu, Ilias telah meminta kedua adiknya, yaitu Hagar dan Sophia, untuk memberitahu Misyaila tentang apa yang sedang terjadi dengan menggunakan kemampuan ilmu magis mereka.

Kala itu, Hagar dan Sophia memutuskan untuk mengirim seekor burung Rukh menuju negeri Nun yang misterius, negerinya Misyaila.

Burung Rukh yang dikirim Hagar dan Sophia ke negeri Nun itu pun membutuhkan waktu perjalanan selama sehari semalam, sebelum akhirnya sampai di hadapan Misyaila, dan segera menyampaikan apa yang dikatakan Hagar dan Sophia untuknya kepada Misyaila dengan menggunakan gerak-gerak isyarat sayap dan kepalanya, dan Misyaila pun langsung mengerti apa yang ingin disampaikan si burung Rukh itu kepadanya.

Kini pasukan Siis yang bengis dan brutal itu telah sampai di kota Ramad, dan saat itu mereka terkejut kala mereka hendak memasuki gerbang kota tersebut, seketika itu benteng api yang telah disiapkan Ghasim dan para pemuda di kota Ramad menyemburkan api yang cukup tinggi setelah sejumlah pemuda kota itu menyulutkan nyala apa di ujung obor mereka pada tumpukan kayu yang telah dicampur minyak yang dijadikan sebagai benteng perlindungan tersebut.

Tepat pada saat itulah, dengan perintah dan kepemimpian Ghasim, para pemuda kota Ramad menghujani pasukan Siis yang terkenal keji, brutal, dan bengis itu dengan batu-batu panas dan mortir-mortir api yang menyala.

Serangan yang dilancarkan para pemuda di kota Ramad terhadap pasukan Siis itu langsung membuat barisan depan pasukan Siis kalang-kabut dan sebagian dari mereka tewas terinjak gajah-gajah mereka yang panik karena hawa panas dan nyala api di sekeliling mereka, di saat sebagian yang lainnya hangus terbakar. (Bersambung



Tidak ada komentar:

Posting Komentar