Selasa, 23 Juni 2015

Petani Indonesia Tidak Didukung Kebijakan Politik


Telah umum diketahui beberapa perbedaan yang mencolok antara petani Indonesia, Jepang, dan Eropa. Petani di luar negeri bertolak belakang dengan petani di Indonesia, di mana betapa enaknya menjadi petani di Jepang dan Eropa.

Atas nama kesejahteraan petani, pemerintah Jepang dari dulu hingga kini menutup rapat-rapat pintu bagi beras dari luar negeri. Tak sebutir beras asing pun boleh masuk ke pasar Jepang.

Juga demi kesejahteraan petani di benua Eropa, pemerintah di masing-masing negara memberi perlindungan maksimal terhadap semua produk pertanian dari serbuan produk impor.

Masih tersimpan di benak banyak orang, bagaimana gigihnya juru runding Uni Eropa di forum World Trade Organization (WTO) menolak tuntutan puluhan negara berkembang, plus Amerika Serikat dan negara-negara di Amerika Selatan, agar Eropa menghilangkan atau setidaknya menurunkan subsidi ke sektor pertaniannya.

Untuk melindungi petani mereka, Uni Eropa bahkan pasang badan untuk menerima tuduhan sebagai pihak yang menggagalkan keinginan bangsa-bangsa di dunia membentuk rezim perdagangan baru. Bisa anda bayangkan, betapa nyamannya hidup sebagai petani di Jepang dan Eropa.

Bagaimana di Indonesia? Jawabnya gamblang saja: betapa tidak enaknya menjadi petani di negara ini. Alih-alih dilindungi, yang didapatkan petani kita dari waktu ke waktu tak lebih dari penganiayaan demi penganiayaan.

Keberpihakan kepada mereka hanya sebatas kata-kata di ruang rapat serta pernyataan, iming-iming dan janji-janji yang disuarakan dengan lantang untuk konsumsi publik. Puluhan tahun sudah petani Indonesia diiming-imingi dengan ratusan janji bagi perbaikan derajat hidup mereka.

Realisasinya? Mudah-mudahan pemerintah saat ini berbeda dengan sebelumnya! Atau ingin sama saja? 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar