Sabtu, 01 Agustus 2015

Kisah Siswi Karina Ke-20





Hak cipta ©Sulaiman Djaya (2015)

Di kota Damas itu, sementara pasukan Siis tengah dalam perjalanan mereka menuju negeri Suryan, Ilias dan Jenderal Reham mendapatkan informasi yang sangat berharga dari salah-seorang intelijen negeri Suryan bahwa pasukan Siis pimpinan Rakab itu juga disokong oleh Dagoner dari negeri Turik.

Berdasarkan laporan intelijen yang memberikan informasi kepada Ilias dan Jenderal Reham itu, Dagoner dari negeri Turik mendukung pasukan Siis karena ‘disuap’ oleh negeri Amarik dengan bayaran yang cukup besar dan menggiurkan, juga mendapatkan kompensasi dari negeri Najdan, dan negeri Asrail, sehingga markas pelatihan pasukan Siis cadangan telah disiapkan di negeri Turik. Selain itu, Dagoner juga memiliki kepentingan untuk memerangi bangsa Rudik ketika ia mendukung pasukan Siis pimpinan Rakab yang bengis dan keji itu. Sebab, bangsa Rudik memang dikenal ‘bermusuhan’ secara politik dengan bangsa Turik untuk yang terbilang lama hingga saat ini.

Ketika mengetahui hal tersebut, Ilias pun mengirimkan utusan khusus untuk menyampaikan informasi penting itu ke negeri Farsa, ke Jenderal Rushtam agar dikirim pasukan khusus tambahan sebagai tindakan preventif alias jaga-jaga demi sekali kemungkinan yang bisa saja terjadi tanpa terduga, setelah Ilias mendapatkan persetujuan dari semua yang hadir dalam rapat rahasia di kota Damas di negeri Suryan itu.

Rapat rahasia dan terbatas di kota Damas itu pun berhasil memutuskan untuk mencegat dan memberi kejutan demi menyambut kedatangan pasukan Siis pimpinan Rakab, yang setiap pasukannya langsung dipimpin Jenderal Ilias dan Jenderal Reham sendiri. Sementara divisi-divisi yang lain, yang bukan merupakan dua pasukan utama yang mereka bentuk berdasarkan strategi yang mereka godok dalam rapat rahasia itu, dipimpin masing-masing oleh empat orang kepercayaan Jenderal Reham dan dua orang kepercayaan Jenderal Ilias.

Tanpa sepengetahuan Ilias, informasi yang ia kirim melalui seorang utusan ke Negeri Farsa itu disampaikan juga kepada dua adiknya, Hagar dan Sophia, ketika informasi itu telah sampai kepada Jenderal Rushtam. Tentu saja, setelah mengetahui informasi dari Jenderal Rushtam tersebut, mereka memutuskan untuk memberitahu Misyaila dengan kembali mengirim burung Hudan kesayangan mereka agar menyampaikan pesan dari mereka.

Di kota Damas di negeri Suryan itu, Jenderal Ilias dan Jenderal Reham menyepakati bahwa mereka terlebih dahulu mengirim empat battalion pasukan untuk mencegat secara tak terduga alias memberi kejutan yang akan menyakitkan pasukan Siis pimpinan Rakab. Empat battalion itu masing-masing dikirim di perbatasan kota Alepp dan Kota Hama, satu battalion yang lebih besar di kirim ke kota Ramad, satu battalion menengah di kirim ke kota Palma, dan satu battalion lagi di kirim ke kota Daraa, sebelum pada akhirnya serangan yang jauh lebih keras dan mematikan akan dilakukan oleh Ilias dan Jenderal Reham sendiri.

Salah-satu strategi pengiriman battalion itu dengan cara diam-diam, dan mereka telah dibekali untuk membuat sekian jebakan dan perangkap untuk menyambuat kedatangan pasukan Siis pimpinan Rakab yang kini mendapat dukungan juga dari Dagoner, seorang penguasa negeri Turik yang terkenal bermusuhan dengan bangsa Rudik itu. Sementara Jenderal Ilias dan Jenderal Reham sendiri masing-masing mengirim pasukan khusus rahasia untuk membuat kekacauan di kota Nakara di negeri Turik dan di kota Rajna di negeri Najdan. Sedangkan masing-masing mereka telah menyiapkan diri dengan pasukan khusus masing-masing dalam rangka menggempur pasukan Siis dari udara bila pasukan Siis itu telah sampai di beberapa kota di negeri Suryan.

Di tempat lain, di negeri Farsa di kota Naheret, Hagar dan Sophia telah mengirim si burung Hudan untuk kembali memberikan atau menyampaikan kabar kepada Misyaila tentang situasi dunia yang akan terjadi. Dengan patuh dan tanpa ragu, si burung Hudan itu segera melesat cepat menuju ke sebuah negeri di mana Misyaila tinggal dan berada, ke negeri yang jalur dan arahnya kini telah ia hapal dengan sangat baik melalui perjalanan intuitif dan telepatik sebelumnya.

Di sisi lain, pasukan Siis yang kini jumlahnya lebih besar dan lebih banyak telah berhasil mendarat di negeri Suryan tanpa perlawanan yang berarti sama-sekali, yang tentu saja hal di luar dugaan mereka yang akan mendapatkan perlawanan dalam pendaratan mereka, yang memang hal itu ‘disengaja’ oleh Jenderal Ilias dan Jenderal Reham sendiri untuk melawan dan menghajar mereka di darat, karena mereka jauh lebih paham dan lebih mengenal negeri mereka sendiri ketimbang pasukan Siis, dan karena itu, melancarkan serangan di darat jauh lebih baik bagi mereka dan pasukan-pasukan mereka ketimbang melakukannya di laut, di mana peperangan di laut akan membutuhkan banyak kendaraan amfibi dan atau kapal-kapal laut, sementara negeri Suryan sendiri dapat dibilang tidak memiliki peralatan lengkap yang dibutuhkan untuk melancarkan serangan di laut.

Dengan semangat yang gegap-gempita, menggebu, dan persenjataan lengkap, pasukan Siis itu turun dari kapal raksasa yang mengangkut mereka. Barisan pasukan Siis pimpinan Rakatb itu tampak besar dan begitu banyak dengan pakaian khas mereka dan rambut mereka yang seperti mirip rambut gimbal, sebuah pasukan yang tak ragu lagi, akan dapat menguasai negeri Suryan dengan mudah dengan jumlah dan kekuatan mereka serta lengkapnya persenjataan mereka, bila tak ada perlawanan yang gigih dan sebanding dari pihak lawan-lawan mereka. (Bersambung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar