Jumat, 07 Agustus 2015

Kisah Siswi Karina Ke-22




Hak cipta ©Sulaiman Djaya

Pagi baru saja terbangun. Saat itu Ratu Washti tampak asik memandang dan mengamati cahaya matahari yang pelan-pelan mulai menyeruak dari balik lembah, pegunungan, dan dedaunan, sembari menyimak nyanyian dan cericit burung-burung yang telah membantunya memecah keheningan yang merasuk di dalam hatinya.

Tidak seperti sebelum-sebelumnya, di mana hari-harinya ia jalani bersama Hagar dan Sophia demi melatih mereka, saat ini ia ingin menyempatkan diri untuk merenungi dirinya sendiri, sesekali ia memikirkan Ilias yang ia kenal saat Ilias dan Jenderal Roshtam mengunjungi rumahnya, ketika Ilias ingin bertemu dengan dua adik kesayangannya, Hagar dan Sophia.

Saat pertemuan itulah, Ratu Washti sadar Ilias memiliki pesona yang sangat kuat, meski Ilias terlahir dan besar sebagai setengah peri dan setengah manusia. Meski tubuh Ilias lebih pendek dibanding tubuh dirinya, Ratu Washti tak menganggap hal itu sebagai sebuah persoalan yang mengurangi pesona yang dimiliki Ilias yang kini telah menjadi seorang Jenderal yang tangguh dan cerdas berkat didikan Jenderal Roshtam.

Entah kenapa, di pagi yang hening itu, ingatan tentang Ilias jadi hadir begitu saja di benak Ratu Washti. Meski demikian, ia bertekad bahwa ia harus berusaha sekuat mungkin agar hal itu tidak diketahui oleh Hagar dan Sophia.

Demi menghilangkan lamunannya itu, ia pun memutuskan untuk melangkahkan kakinya menyusuri setapak yang bermula dari halaman rumahnya yang indah dan penuh bunga-bunga itu. Ia mencoba menyimak dan merenungi nyanyian dan cericit burung-burung yang terdengar saling bersahutan dan bergantian dari arah pohon-pohon yang tumbuh di jalan setapak dan di sekitar rumahnya tersebut.

Namun entah kenapa, saat itu ia memutuskan untuk menggunakan kesaktiannya dan melesat begitu saja, dan tahu-tahu ia sudah berada di sebuah telaga yang berada di ceruk lereng yang memisahkan dua gunung.

Sekarang kita tinggalkan Ratu Washti dan apa yang tengah merundung benak, hati, perasaannya yang tiba-tiab sunyi, dan apa yang kemudian ia lakukan itu, dan menuju ke tempat Jenderal Roshtam yang saat itu tengah berbicara, tepatnya memberi instruksi, kepada sepuluh prajurit tangguh yang telah dipilihnya untuk dikirim ke negeri Suryan dan membantu Ilias di negeri itu.

Mereka adalah para prajurit berkuda yang mengendarai kuda-kuda ajaib, yang juga dipilih langsung oleh Jenderal Roshtam, dan setelah mereka menyimak nasehat dan arahan Jenderal Roshtam itu, mereka pun melesat bersamaan dengan mengendarai kuda mereka masing-masing yang memiliki ketangguhan dan kecepatan yang sama, memiliki keajaiban yang sama.

Sesampainya mereka di Gerbang Farsana di negeri Farsa yang dilindungi benteng raksasa itu, para prajurit penjaga gerbang tersebut segera membuka pintu yang harus didorong oleh dua puluh orang tersebut, persis ketika para prajurit penjaga gerbang tersebut melihat kuda-kuda ajaib yang dikendarai para prajurit pilihan Jenderal Roshtam itu melesat cepat ke arah mereka. Mereka pun memberi hormat ketika sepuluh prajurit berkuda pilihan itu melintasi mereka, sementara para prajurit pilihan itu tampak melesat begitu saja tanpa harus disibukkan dengan membalas penghormatan para prajurit penjaga Gerbang Farsana itu.

Setelah keluar dari kawasan ibukota negeri Farsana, para prajurit berkuda pilihan itu memilih jalur jalan yang akan melewati Gunung Damawand yang dihuni oleh segala makhluk aneh, semisal sejumlah raksasa dan makhluk-makhluk mengerikan lainnya. Keberadaan makhluk-makhluk aneh di kawasan pengunungan tersebut tak membuat mereka khawatir, sebab Jenderal Roshtam telah memberikan masing-masing satu jubah khusus kepada mereka yang akan membuat mereka tidak terlihat oleh makhluk-makhluk mengerikan di gunung tersebut jika sewaktu-waktu mereka menyerang.

Jalur Gunung Damawand dipilih oleh prajurit-prajurit berkuda pilihan tersebut tak lain karena jalur yang melintasi gunung itu merupakan jalur yang paling cepat yang dapat ditempuh oleh mereka menuju negeri Suryan, sebelum mereka juga harus menempuh sejumlah tempat dan kawasan di negeri Kira yang beberapa kawasan hutan dan lembah-lembah serta sejumlah sungainya masih dihuni para raksasa yang acapkali menjadikan manusia sebagai makanan mereka. Para raksasa itu mirip beruang dan monyet pada saat bersamaan dengan ukuran tubuh yang lima puluh kali lebih besar ukuran tubuh manusia.

Anehnya, para raksasa itu seringkali memanggang jasad-jasad manusia yang mereka bunuh dengan menggunakan batang-batang pohon di sekitar kawasan hutan. Sesekali mereka juga harus membunuh manusia dengan mendatangi langsung beberapa perkampungan, sehingga sejumlah perkampungan di negeri Rika memiliki benteng-benteng raksasa yang kokoh yang mengelilingi perkampungan mereka demi melindungi diri mereka dari kedatangan para raksasa tersebut yang setahun sekali suka menculik para remaja dan pemuda serta para pemudi.

Setiap yang terjadi di negeri Rika itu pun telah diketahui para prajurit berkuda pilihan yang mengendarai kuda-kuda ajaib tersebut dari mulut dan cerita Jenderal Roshtam langsung, tak lain karena Jenderal Roshtam sendiri pernah membantu orang-orang kampung Tigar di negeri Rika itu untuk berperang dengan salah-satu raksasa, dan berhasil mengalahkan salah-satu raksasa tersebut, meski sejumlah pemuda harus terbunuh dalam perjuangan yang heroik, mengerikan, dan mendebarkan hati itu. (Bersambung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar