Sabtu, 30 Januari 2016

Raja Dawud & Hilangnya Torah (Bagian Kedua)



Kala itu Jalut (Goliath) tampak membawa baju besinya bersama pedangnya, menantang siapa saja untuk berduel dengannya. Semua tentara Thalut merasa takut untuk menghadapinya. Namun di saat-saat yang mencekam itu, muncullah dari pasukan Thalut seorang pengembala kambing yang kecil, yaitu Dawud.

Dawud pun maju dan meminta kepada raja Thalut agar mengizinkannya berduel dengan Jalut (Goliath). Hanya saja, sang raja pada hari pertama itu menolak permintaan Dawud. Alasannya tak lain karena Dawud bukanlah seorang tentara, ia hanya sekadar pengembala kambing yang masih kecil dan remaja. Dawud tidak memiliki pengalaman dalam peperangan. Ia tidak memiliki pedang, senjatanya adalah potongan batu bata yang digunakan untuk mengusir kambingnya. Meskipun demikian, Dawud mengetahui bahwa Allah Yang Maha Besar dan Yang Maha Tinggi adalah sumber kekuatan yang hakiki di dunia ini. Karena ia seorang yang beriman kepada Allah, maka ia merasa lebih kuat daripada Jalut.

Kemudian, pada hari kedua, ia kembali meminta izin agar diberi kesempatan untuk memerangi Jalut (Goliath). Kali ini sang raja memberikan izin kepadanya. Sang Raja berkata kepadanya: "Seandainya engkau berani memeranginya, maka engkau menjadi pemimpin pasukan dan akan menikahi anak perempuanku." Dawud tidak peduli dengan iming-iming tersebut. Ia hanya ingin berperang dan memenangkan iman-nya dan mengalahkan kezaliman. Ia ingin mengalahkan Jalut (Goliath), seorang lelaki yang sombong dan lalim dan tidak mempercayai Allah Yang Maha Tinggi.

Kala itu Dawud maju dengan membawa tongkatnya dan lima buah batu serta katapel. Sementara itu Jalut (Goliath) maju dengan baju perang, yaitu baju besi. Saat itu Jalut (Goliath) mengejek Dawud dan meremehkannya. Tetapi saat itu, Dawud meletakkan batu yang kuat di atas katapelnya, dan segera ia pun melepaskannya di udara sehingga batu itu pun meluncur dengan keras. Angin menjadi sahabat Dawud karena ia cinta kepada Allah Yang Maha Tinggi, sehingga angin itu membawa batu itu menuju ke dahi (jidat) Jalut (Goliath). Singkat cerita, batu pun itu menumbangkan tubuh Jalut (Goliath) yang besar hingga akhirnya ia meregang nyawa. Jalut (Goliath) yang dibekali senjata yang lengkap itu tersungkur ke tanah, dan mati.

Dawud, sang pengembala yang baik itu, mengambil pedang Jalut (Goliath). Dan berkecamuklah peperangan di antara kedua pasukan. Peperangan dimulai saat pemimpinnya terbunuh dan rasa ketakutan menghinggapi seluruh pasukannya, sedangkan pasukan yang lain dipimpin oleh seorang pengembala kambing yang sederhana.

Allah SWT berfirman: "Tatkala mereka tampak oleh Jalut dan tentaranya, mereka pun berdoa: 'Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami terhadap orang-orang kafir.' Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah memberinya kepadanya (Dawud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam" (QS. Al-Baqarah: 250-251).

Setelah Dawud membunuh Jalut (Goliath) itu, ia mencapai puncak ketenaran di tengah-tengah kaumnya sehingga ia menjadi seorang lelaki yang paling terkenal di kalangan Bani Israil. Beliau menjadi pemimpin pasukan dan suami dari anak perempuan raja. Namun Dawud tidak begitu gembira dengan semua ini. Beliau tidak bertujuan untuk mencapai ketenaran atau kedudukan atau kehormatan, tetapi beliau berusaha untuk menggapai cinta Allah SWT.

Daud telah diberi suatu suara yang sangat indah dan mengagumkan. Dawud bertasbih kepada Allah SWT dan mengagungkan-Nya dengan suaranya yang menarik dan mengundang decak kagum. Oleh karena itu, setelah mengalahkan Jalut (Goliath), Dawud pun bersembunyi. Beliau pergi ke gurun dan gunung. Beliau merasakan kedamaian di tengah-tengah makhluk-makhluk yang lain. Di saat mengasingkan diri, beliau bertaubat kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman: "Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Dawud karunia Kami. (Kami berfirman): 'Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud', dan Kami telah melunakkan besi padanya. (Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan" (QS. Saba': 10-11).

"Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud, dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami ajarkan kepada Dawud membuat baju besi kepada kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)" (QS. al-Anbiya': 79-80)

Ketika Dawud duduk, maka ia bertasbih kepada Allah SWT dan memuliakan-Nya. Allah SWT memilih Dawud sebagai Nabi dan memberinya Kitab Zabur. Allah SWT berfirman: "Dan Kami berikan Kitab Zabur kepada Dawud" (QS. Al-Isra': 55).

Zabur adalah kitab suci seperti Kitab Taurat. Dawud membaca kitab tersebut dan bertasbih kepada Allah SWT. Saat beliau bertasbih, gunung-gunung juga ikut bertasbih, dan burung-burung pun berkumpul bersama beliau.

Allah SWT berfirman: "Dan ingatlah hamba Kami Dawud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Dawud) di waktu pagi dan petang, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan" (QS. Shad: 17-20).

Gurun terbentang sehingga mencapai ufuk. Ini adalah hari puasa Dawud. Nabi Dawud berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada hari yang lain. Inilah yang disebut dengan Shiam ad-Dahr. Dawud membaca Kitab Zabur dan merenungkan ayat-ayatnya. Gunung-gunung bertasbih bersamanya. Gunung menyempurnakan pembacaan ayat tersebut, dan terkadang beliau diam sementara gunung itu menyempurnakan tasbihnya.

Bukan hanya gunung yang bertasbih bersama beliau, burung-burung pun ikut bertasbih. Ketika Daud mulai membaca Kitab Zabur yang suci maka burung-burung, binatang-binafang buas, dan pohon-pohon pun berkumpul di sisinya, bahkan gunung-gunung ikut bertasbih. Bukan hanya karena ketulusan Dawud yang menjadi penyebab bertasbihnya gunung-gunung atau burung-burung bersama beliau; bukan hanya keindahan suaranya yang menjadi penyebab bertasbihnya makhluk-makhluk yang lain bersama beliau, namun ini adalah mukjizat dari Allah SWT kepadanya sebagai Nabi yang memiliki keimanan yang agung, yang cintanya kepada Allah SWT sangat tulus.

Bukan hanya ini mukjizat yang diberikan kepada beliau, Allah SWT juga memberinya ilmu atau kemampuan untuk memahami bahasa burung dan hewan-hewan yang lain.

Dan pada suatu hari, beliau merenung dan mendengarkan ocehan burung yang berdialog satu sama lain. Lalu beliau mengerti apa yang dibicarakan burung-burung itu. Allah SWT meletakkan cahaya dalam hatinya sehingga ia memahami bahasa burung dan bahasa hewan-hewan yang lain. Dawud sangat mencintai hewan dan burung. Beliau berlemah lembut kepada hewan-hewan itu, bahkan beliau merawatnya ketika hewan-hewan itu sakit sehingga burung-burung dan binatang yang lain pun mencintainya.

Di samping kemampuan memahami bahasa burung, Allah SWT juga memberinya hikmah (ilmu pengetahuan). Ketika Dawud memperoleh ilmu dari Allah SWT atau ketika ia mendapatkan mukjizat maka bertambahlah rasa cintanya kepada Allah SWT dan bertambah juga rasa syukumya kepada-Nya, begitu juga ibadahnya semakin meningkat. Oleh karena itu, beliau berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada hari yang lain.


Allah SWT sangat mencintai Dawud dan memberinya kerajaan yang besar. Dan masalah yang dihadapi oleh kaumnya adalah, banyaknya peperangan di zaman mereka. Karena itu, pembuatan baju besi sangat penting. Baju besi yang dibuat oleh para ahli sangat berat sehingga seorang yang berperang tidak mudah bergerak dengan bebas ketika memakai baju besi itu. (Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar