Sabtu, 30 Januari 2016

Haman Sang Seniman & Arsitek Mesir yang Dinarasikan Al-Qur’an & Tidak Dinarasikan Al-Kitab



“Benarkah Al-Qur’an mencontek Bibel (semisal mencontek Perjanjian Lama)? Sebab, dalam banyak tempat dan konteks, Al-Qur’an justru mengoreksi dan membantah Bible dan menarasikan apa yang tidak dinarasikan Bible, yang bahkan justru melengkapi Bible itu sendiri. Pertanyaan ini diajukan terkait dengan mereka yang mengkomparasi Al-Qur’an dan Bible dan lalu kemudian menuduh Al-Qur’an sebagai contekan Bible, ketimbang bersikap adil untuk mengkritisi Bible itu sendiri sembari membaca Al-Qur’an.”

Dahulu kala, para arkeolog dan orientalist Barat, khususnya Prancis dan Jerman, karena prasangkanya terhadap Al-Qur’an, berusaha mencari evidensi terkait dengan narasi-narasi historis dalam Al-Qur’an yang tidak dinarasikan Bibel.

Tulisan singkat ini berkenaan dengan seorang seniman Mesir bernama Haman di mana hanya Al-Qur’an yang menginformasikannya kepada kita dan kemudian terbukti berkat penggalian arkeologi para arkeolog, peneliti, dan sejumlah sejarahwan.

Nama “Haman” tidaklah diketahui hingga dipecahkannya huruf hiroglif Mesir di abad ke-19. Kala itu, ketika hiroglif terpecahkan, diketahui bahwa Haman adalah seorang pembantu dekat Fir’aun, dan “pemimpin pekerja batu pahat”.

Hal teramat penting di sini adalah bahwa Haman disebut dalam Al-Qur’an sebagai orang yang mengarahkan pendirian bangunan atas perintah Fir’aun. Ini berarti bahwa keterangan yang tidak bisa diketahui oleh siapa pun di masa itu telah diberikan oleh Al Qur’an, satu hal yang paling patut dicermati.

Al-Qur’an mengisahkan kehidupan Nabi Musa as dengan sangat jelas dan detil, yang bahkan sejumlah fase yang tak dinarasikan Bibel malah dinarasikan Al-Qur’an.

Begitulah, tatkala memaparkan perselisihan dengan Fir’aun dan urusannya dengan Bani Israil, Al-Qur’an menyingkap berlimpah keterangan tentang Mesir kuno. Pentingnya banyak babak (fase-fase) bersejarah yang tidak dinarasikan oleh Bibel ini hanya baru-baru ini menjadi perhatian para pakar dunia.

Ketika seseorang memperhatikan babak-babak bersejarah ini dengan pertimbangan yang adil, cermat, dan matang, niscaya baginya seketika itu pula akan menjadi jelas bahwa Al-Qur’an, dan sumber pengetahuan yang dikandungnya, bersesuaian langsung dengan seluruh penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan, sejarah dan kepurbakalaan atawa arkeologi di masa kini.

Itulah kenapa, Al-Qur’an acapkali mengandung sisi historis manusia yang banyak darinya telah dilupakan sejarah panjang ummat manusia itu sendiri. Teks-teks Al-Qur’an memang acapkali tidak memaparkan detil, tetapi menjadi semacam petunjuk untuk upaya penggalian dan penelitian, semacam menginformasikan kode-kode historis.

Dapatlah disebutkan, satu contoh pengetahuan ini dapat ditemukan dalam paparan Al-Qur’an tentang Haman: seorang pelaku yang namanya disebut di dalam Al-Qur’an, bersamaan dengan Fir’aun. Ia disebut di enam tempat yang berbeda dalam Al-Qur’an, di mana Al-Qur’an memberitahu kita bahwa ia adalah salah satu dari sekutu terdekat Fir’aun.

Anehnya, nama “Haman” tidak pernah disebutkan dalam bagian-bagian Taurat (Torah) yang berkaitan dengan kehidupan Nabi Musa as. Memang, penyebutan Haman dapat ditemukan di bab-bab terakhir Perjanjian Lama sebagai pembantu Raja Babilonia yang melakukan banyak kekejaman terhadap Bani Israil kira-kira 1.100 tahun setelah Nabi Musa as, sebuah informasi yang justru menyesatkan dan mengingkari validitas historis berkaitan dengan fase-fase Mesir itu sendiri.

Dalam hal ini, Al-Qur’an, yang jauh lebih bersesuaian dengan penemuan-penemuan kepurbakalaan masa kini, benar-benar memuat kata “Haman” yang merujuk pada masa hidup Nabi Musa as, yang justru diabaikan Bibel.

Persis di sinilah, tuduhan-tuduhan yang dilontarkan terhadap Islam sebagai contekan belaka tak lebih sebagai prasangka, persis tatkala naskah hiroglif dipecahkan, sekitar 200 tahun silam, dan nama “Haman” ditemukan di naskah-naskah kuno itu.

Rasa-rasanya penting juga diingat bahwa hingga abad ke-18, tulisan dan prasasti Mesir kuno tidak dapat dipahami oleh para peneliti, arkeolog dan kalangan filolog budaya dan sejarah.

Bahasa Mesir kuno tersusun atas lambang-lambang dan bukan kata-kata, yakni berupa sejumlah warisan dan peninggalan hiroglifik yang tak ragu lagi lebih merepresentasikan dirinya sebagai lambang dan simbol-simbol naratif.

Gambar-gambar hiroglif ini, yang memaparkan kisah dan membukukan catatan peristiwa-peristiwa penting sebagaimana kegunaan kata di zaman modern, biasanya diukir pada batu dan banyak contoh masih terawetkan berabad-abad.

Bersamaan dengan tersebarnya agama Nasrani dan pengaruh budaya lainnya di abad ke-2 dan ke-3, di kawasan Alexandria dan Mesir secara umum, peradaban Mesir meninggalkan kepercayaan kunonya beserta tulisan hiroglif yang berkaitan erat dengan tatanan kepercayaan yang kini telah mati itu.

Contoh terakhir penggunaan tulisan hiroglif yang diketahui adalah sebuah prasasti dari tahun 394 Masehi. Bahasa gambar dan lambang yang telah terlupakan dan terabaikan, dan menyisakan tak seorang pun yang dapat membaca dan memahaminya. Sudah tentu hal ini menjadikan pengkajian sejarah dan kepurbakalaan nyaris mustahil. Keadaan ini tidak berubah hingga sekitar 2 abad silam.

Temuan ini mengungkap kebenaran sangat penting: Berbeda dengan pernyataan keliru yang menuduh Al-Qur’an sebagai contekan Bibel, contekan Perjanjian Lama contohnya, Haman adalah seseorang yang hidup di Mesir pada zaman Nabi Musa as. Ia dekat dengan Fir’aun dan terlibat dalam pekerjaan membuat bangunan, persis sebagaimana dipaparkan dalam Al-Qur’an.

Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta” (QS. Al-Qashas, 28:38)


Ayat dalam Al-Qur’an tersebut yang mengisahkan peristiwa di mana Fir’aun meminta Haman, sang seniman dan arsitek Mesir yang dinarasikan Al-Qur’an itu, mendirikan menara bersesuaian sempurna dengan penemuan purbakala ini. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar